Gospel Implications/id
From Gospel Translations
Line 1: | Line 1: | ||
- | {{ | + | {{info|Implikasi Injil}}'''Menggembalakan Jemaat Saudara untuk Berpikir dan Hidup Sesuai dengan Kebenaran Injil''' |
- | | | + | |
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
- | + | ||
Sebuah gereja dianggap sehat apabila (1) guru jemaatnya mampu secara tepat dan effektif dan secara luas membawa injil untuk menjadi bagian dari kehidupan nyata dari jemaatnya; dan (2) jemaatnya memiliki pengertian pribadi yang mendalam tentang apresiasi terhadap injil, sehingga mampu hidup baik setiap hari sebagaimana dikatakan dalam injil. Saya menyebutnya sebagai ''keterpusatan fungsional'' pada injil. | Sebuah gereja dianggap sehat apabila (1) guru jemaatnya mampu secara tepat dan effektif dan secara luas membawa injil untuk menjadi bagian dari kehidupan nyata dari jemaatnya; dan (2) jemaatnya memiliki pengertian pribadi yang mendalam tentang apresiasi terhadap injil, sehingga mampu hidup baik setiap hari sebagaimana dikatakan dalam injil. Saya menyebutnya sebagai ''keterpusatan fungsional'' pada injil. |
Current revision as of 18:31, 11 August 2008
Menggembalakan Jemaat Saudara untuk Berpikir dan Hidup Sesuai dengan Kebenaran Injil
Sebuah gereja dianggap sehat apabila (1) guru jemaatnya mampu secara tepat dan effektif dan secara luas membawa injil untuk menjadi bagian dari kehidupan nyata dari jemaatnya; dan (2) jemaatnya memiliki pengertian pribadi yang mendalam tentang apresiasi terhadap injil, sehingga mampu hidup baik setiap hari sebagaimana dikatakan dalam injil. Saya menyebutnya sebagai keterpusatan fungsional pada injil.
Yang amat penting untuk mencapai tujuan ini adalah membuat jelas hubungan antara injil dan implikasi-implikasi doktrin dan perilakunya. Kita bisa menyebut hubungan ini masing-masing sebagai “kebenaran injil” dan “perilaku injil”.
Bayangkanlah tiga buah lingkaran konsentris. Injil berada di tengah-tengahnya, mungkin paling tepat sebagaimana diungkapkan dalam I Korintus 15:3 “ Kristus mati karena dosa-dosa kita.” Ungkapan yang sederhana ini berbicara tentang realitas dosa kita, perlunya hukuman dari Tuhan, dan anugerah keselamatan yang sangat indah dari murka Allah dalam Kristus. Paulus menyebut ini “berita baik” sebagai sesuatu yang “paling penting”, dan kita sangat memaklumi prioritas yang ia berikan terhadap berita ini dalam pengajaran-pengajaran dan tulisan-tulisannya (bandingkan. I Korintus 2:1-4). Jadi, tentang keterpusatannya. Namun agar ia mempunyai keterpusatan yang fungsional ia harus dihubungkan dengan hal-hal di mana jemaat hidup di dalamnya.
Ini membawa kita ke lingkaran kedua, yaitu kebenaran-kebenaran injil. Hal ini merupakan sesuatu yang khusus, berfokus pada implikasi doktrinal dari injil; atau, sebagaimana ditulis oleh Paulus “doktrin yang sesuai dengan (yaitu terbentuk dari) injil yang mulia” (1 Timotius 1:10-11). Kebenaran-kebenaran injil ini membat injil tertanam secara khusus dalam pikiran; kebenaran ini bermanfaat untuk memperbarui pikiran sehingga pola pikir kita semakin terbentuk oleh kebenaran injil itu.
Sebagaimana mungkin kita harapkan, kitab Roma khususnya dipenuhi dengan kebenaran-kebenaran injil ini. Saya berikan tiga contoh sebagai berikut:
(1) Dalam Roma 5:1 Paulus menyatakan, “Sebab itu, karena kita telah dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Perhatikan logika dari ayat ini. Sesuatu mengikuti dari kebenaran esensial injil. Mempunyai damai sejahtera dengan Tuhan bukanlah injil itu sendiri, melainkan implikasi kuat dari injil—suatu “kebenaran injil”. Dan memahami kebenaran injil ini adalah bagian dari penyesuaian pola pikir seseorang terhadap Injil yang mulia itu.
(2) Dalam Roma 8:1 kita baca, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” Sekali lagi, perhatikan argumentasinya. Di sini Paulus bukan mempersembahkan injil itu sendiri akan tetapi sesuatu yang benar “sekarang” karena injil. Tetapi implikasinya sangat luar biasa! Bila benar-benar dimengerti oleh orang percaya hal ini akan membuat perubahan yang revolusioner dalam lingkup pemikiran mereka dan injil akan berfungsi dengan kuat bagi mereka.
(3) Roma 8:32 adalah favorit: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia juga tidak akan mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Perhatikan kata “juga” dan “bersama-sama dengan dia”. Hal ini menyatakan sesuatu yang timbul dari injil. Ketika orang melihat hubungan antara kebenaran dari injil itu sendiri (“Ia tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua”) dan kebenaran injil ini mengenai semua yang disediakan Tuhan secara baik untuk memenuhi apa yang kita butuhkan untuk pengudusan kita (bandingkan ayat 28-29), injil akan berfungsi untuk memperkuat kepercayaan mereka sehari-hari terhadap apa yang disediakan Tuhan.
Namun, injil bukan hanya membentuk pola pikir kita, juga terdapat begitu banyak implikasi perilaku dari injil. Injil bukan saja untuk memperbarui pikiran kita, namun juga memperingatkan akan perilaku kita. Ada banyak contoh ayat-ayat Alkitab mengenai kehidupan yang diperingatkan oleh injil ini. Dalam Galatia 2:14 Paulus menegur Petrus atas tindakannya yang “tidak sejalan dengan kebenaran Injil” dan dalam Filipi 1:27 ia mendorong orang-orang percaya untuk “bertingkah laku sesuai dengan injil.” Dengan kata lain, salah satu jalan dimana injil dapat berfungsi adalah dengan memberitahukan tingkah laku yang khusus. Jadi, kita harus membaca Alkitab dengan perhatian khusus pada hubungan-hubungan ini. Misalnya pada waktu Paulus menyerukan kepada orang-orang di Korintus untuk “menjauhkan diri dari perbuatan cabul” ia secara eksplisit mendasarkan seruannya itu pada injil—“kamu bukan milik kamu sendiri, sebab kamu telah dibeli. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (I Korintus 6:18-20). Ketika ia mendorong orang untuk memberi pengampunan, ia secara eksplisit merujuk kepada injil sebagai motivasi dan teladan (Efesus 4:32). Ketika ia mengatakan suami harus mengasihi istrinya ia menyatakan hal itu dengan mengaitkan nasihatnya secara langsung dengan injil (Efesus 5:25). Ketika ia menasihati orang-orang Korintus agar terus-menerus berbuat baik ia secara eksplisit mengingatkan mereka akan kebaikan Allah dalam injil (2 Korintus 8:7,9; 9:12-13, 15). Banyak contoh lain lagi yang dapat diberikan. Pada akhirnya semua tingkah laku orang Kristen harus mengalir dari injil; sembari berupaya keras untuk menghindari kehambaran, hubungan harus dibuat dengan semua segi kehidupan.
Salah satu tantangan yang paling besar dan tugas yang paling penting dari guru-jemaat adalah menunjukkan secara jelas hubungan-hubungan ini sehingga jemaat dapat secara spesifik dan tepat membawa injil untuk bertahan dalam pikiran dan perilaku mereka. Jadi injil menjadi pusat secara fungsional bagi orang Kristen secara individu dan bagi gereja setempat.