Defending My Father's Wrath/id
From Gospel Translations
Ada kekuatan-kekuatan budaya yang bekerja di dalam dan diluar gereja yang membuat saya benar-benar ingin memberikan pembelaan terhadap kemurkaan Bapa terhadap saya sebelum saya diangkat anak. Sebetulnya Dia tidak memerlukan pembelaan saya. Akan tetapi saya percaya bahwa Dia akan semakin dihormati karena pembelaan itu. Sehubungan dengan pembelaan itu Dia memerintahkan kita, ”Hormatilah ayahmu.”
Saya menuliskan ini dari Cambridge, England, dan ledakan kemarahan saya terhadap Bapa saya adalah dengan gaya Inggris. Fitnah yang terpikirkan dalam benak saya tertulis dalam sebuah paragraf yang ditulis oleh seorang penulis terkenal dari Inggris. Bunyinya adalah sebagai berikut:
Kenyataan yang ada adalah bahwa salib bukanlah suatu bentuk universal tentang pelecehan anak- seorang Bapa yang murka, yang menghukum puteraNya karena permasalahan yang (bahkan) bukan menjadi urusannya. Suatu hal yang cukup bisa dimengerti apabila orang-orang yang ada di dalam maupun diluar gereja menganggap dan memahami versi kejadian yang secara moral tertukar balik ini sebagai hal yang agak membingungkan dan menjadi penghalang yang sangat besar terhadap iman. Tetapi, lebih dalam dari hal tersebut adalah bahwa konsep pengertian seperti itu benar-benar berlawanan dengan pernyataan ini: ”Allah adalah kasih”. Jadi jikalau salib adalah sebuah perbuatan kekerasan individu yang secara salah telah dilakukan dengan sengaja oleh Tuhan terhadap umat manusia lewat PuteraNya, maka hal itu menjadi penghinaan bagi pengajaran-pengajaran Yesus sendiri tentang Kasih terhadap musuh dan menolak membalas kejahatan dengan kejahatan (Steve Chalke dan Alan Mann, The Lost Message of Jesus, [Grand Rapids, MI: Zondervan, 2003], pp. 182-183)
Hal yang sangat menggembirakan ini berasal dari sebuah profesi Kristen. Demi nama Bapa di surga, saya akan memberikan kesaksian tentang kebenaran sebelum Dia mengangkat saya sebagai anak. KemurkaanNya tertuju kepada saya. Yesus berkata, ”Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, mealinkan murka Allah tetap ada atasnya.” (Yohanes 3:36). Kemurkaan tetap ada pada kita selama tidak ada iman dalam Yesus. Rasul Paulus mengatakannya seperti ini: Kita ” adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” Efesus 2:3). Sifat alami saya pantas untuk dimurkai.
Tujuan hidup saya dahulu adalah untuk bertahan dalam ”api yang menyala-nyala” dan ”pembalasan terhadap mereka yang tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita (dan yang) akan menjalani hukuman kebinasaan” (2Tesalonika 1:8-9). Dahulu saya bukan anak Tuhan. Dan Tuhan bukan Bapa saya. Dia adalah hakim dan eksekutor saya. Dahulu saya adalah ”anak-anak durhaka” (Efesus 2:2). Dahulu saya mati dalam pencobaan dan dosa. Dan hukuman dari Hakim saya sangat jelas dan menakutkan:”Karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah terhadap orang-orang durhaka.”(Efesus 5:6)
Dahulu hanya ada satu harapan buat saya—yaitu dengan adanya hikmat Tuhan yang tidak terbatas yang akan membuka jalan untuk Kasih Tuhan untuk menumpahkan kemurkaan Nya sehingga ada kemungkinan saya akan menjadi anak Tuhan.
Dan inilah hal yang persis terjadi, dan saya akan memujikannya selamanya. Setelah berkata bahwa secara alami dahulu saya adalah anak durhaka yang pantas mendapat murka, Rasul Paulus berkata,”Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkannya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita- oleh kasih karunia kamu diselamatkan.” (Efesus 2:4-5). ”Apabila kegenapan waktunya sudah tiba, Tuhan mengirimkan PuteraNya ....... untuk menebus mereka yang berada dibawah hukum taurat, sehingga kita akan diangkat menjadi anak-anak-Nya”. Tuhan mengirimkan Putera-Nya untuk menyelamatkan saya dari murka-Nya dan mengangkat saya menjadi anak-Nya.
Bagaimana Dia melakukannya? Dia melakukannya sama persis seperti yang disebut Steve Chalke secara memojokkan sebagai ”pelecehan anak secara umum”. Putera Allah telah menjadi kutuk untuk saya. ”Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita- sebab ada tertulis: ”Terkutuklah orang yang tergantung pada kayu salib!” (Galatia 3:13). Andai saja orang-orang yang hidup pada abad 20 ini menemukan kasih yang begitu besar ”yang secara moral membingungkan dan menjadi penghalang besar terhadap iman”, hal itu tidaklah berbeda dari masa-masa Paulus. ”Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” (1 Korintus 1:23).
Tetapi untuk orang-orang yang dipanggil Tuhan dan percaya pada Yesus, hal ini merupakan ”kekuatan Allah dan hikmat Allah” (1 Korintus 1:24). Ini adalah hidup saya. Dan ini adalah satu-satunya cara agar Tuhan bisa menjadi Bapa saya. Saat ini, kemurkaan-Nya tidak tertuju kepada saya (Yohanes 3:36), Dia telah mengirimkan Roh yang menjadikan saya putera-Nya, mengalir deras dalam hati saya, menjerit Abba Bapa (Roma 8:15). Karena itulah, saya berdoa, ”Tuhan, saya mohon Tuhan mengetahui bahwa saya sungguh bersyukur dengan segenap hati saya, dan bahwa saya mengukur kasih Bapa untuk saya dengan besarnya murka yang pantas saya terima dan dengan agungnya belas kasihan Bapa dengan menaruh Kristus sebagai pengganti saya.